KLIPING SENI BATIK INDONESIA LENGKAP
SENI BATIK INDONESIA
Pengertian Dan Sejarah Seni Batik Indonesia
Batik
adalah penulisan gambar pada media apapun sehingga terbentuk sebuah corak dan seni.
Untuk pengertian batik Menurut bahasa sendiri berasal dari bahasa Jawa amba
yang berarti menulis dan titik. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang
dihasilkan oleh bahan malam (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga
menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggris disebut “wax-resist
dyeing“.
Menurut
Sejarah batik secara turun temurun dari nenek moyang kita zaman dahulu
mengatakan bahwa membatik (membuat batik) adalah keterampilan yang kemudian
menjadi mata pencaharian bagi kaum perempuan remaja dan dewasa waktu itu. Pada
masa ini kondisi pembuatan batik masih masuk dalam taraf manual (menggunakan
tangan) atau disebut dengan istilah Canthing. Sebelum akhirnya masuk zaman
lebih modern yaitu ditemukannya pembuatan batik dengan media cap atau mesin.
Untuk pembuatan batik menggunakan media cap inilah memungkinkan peranan
laki-laki untuk turut terjun didalamnya.
Untuk
batik dengan media kain pada proses pembuatannya terdapat beberapa langkah yang
harus dikerjakan dalam pembuatan batik, diantaranya :
1.
Pemotongan
bahan baku (mori) sesuai dengan kebutuhan.
2.
Mengetel
: menghilangkan kanji dari mori dengan cara membasahi mori tersebut dengan
larutan : minyak kacang, soda abu, tipol dan air secukupnya. Lalu mori diuleni
setelah rata dijemur sampai kering lalu diuleni lagi dan dijemur kembali.
Proses ini diulang-ulang sampai tiga minggu lamanya lalu di cuci sampai bersih.
Proses ini agar zat warna bisa meresap ke dalam serat kain dengan sempurna.
3.
Nglengreng
: Menggambar langsung pada kain.
4.
Isen-isen
: memberi variasi pada ornamen (motif) yang telah di lengreng.
5.
Nembok
: menutup (ngeblok) bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai.
6.
Ngobat
: Mewarnai batik yang sudah ditembok dengan cara dicelupkan pada larutan zat
warna.
7.
Nglorod
: Menghilangkan lilin dengan cara direbus dalam air mendidih (finishing).
8.
Pencucian
: setelah lilin lepas dari kain, lalu dicuci sampai bersih dan kemudian
dijemur.
Ditinjau
dari Sejarah Kebudayaan
Prof.
Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparta menyatakan bahwa sebelum masuknya kebudayaan
India bangsa Indonesia telah mengenal teknik membuat kain batik.
Dari
Segi Design Batik Dan Proses Loax-resist tehnique
Prof.
Dr. Alfred Steinmann mengemukakan bahwa :
1.
Telah ada semacam batik di Jepang pada zaman dinasti Narayang disebut Ro-Kechr,
di China pada zaman dinasti Tang, di Bangkok dan Turkestan Timur.Design batik
dari daerah-daerah tersebut pada umumnya bermotif geometris, sedang batik
Indonesia lebih banyak variasinya. Batik dari India Selatan (baru mulai dibuat
tahun 1516 di Palekat dan Gujarat) Adalah sejenis kain batik lukisan lilin yang
terkenal dengan nama batik Palekat. Perkembangan batik India mencapai puncaknya
pada abad 17-19.
2.
Daerah-daerah di Indonesia yang tidak terpengaruh kebudayaan India, ada
produksi batik pula, misalnya di Toraja, daerah Sulawesi, Irian dan Sumatera.
3.
Tidak terdapat persamaan ornamen batik Indonesia dengan ornamen batik India.
Misal : di India tidak terdapat tumpal, pohon hayat, caruda, dan isen-isen cece
serta sawut. Ditinjau dari sejarah Baik Prof. M. Yamin maupun Prof. Dr. R.M.
Sutjipto Wirjosuparta, mengemukakan bahwa batik di Indonesia telah ada sejak
zaman Sriwijaya, Tiongkok pada zaman dinasti Sung atau Tang (abad 7-9).
Kota-kota penghasil batik, antara lain : Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Lasem,
Banyumas, Purbalingga, Surakarta, Cirebon, Tasikmalaya, Tulunggagung, Ponorogo,
Jakarta, Tegal, Indramayu, Ciamis, Garut, Kebumen, Purworejo, Klaten, Boyolali,
Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Kudus, dan Wonogiri.
Sejarah batik diperkirakan dimulai pada zaman prasejarah dalam bentuk prabatik dan mencapai hasil proses perkembangannya pada zaman Hindu. Sesuai dengan lingkungan seni budaya zaman Hindu seni batik merupakan karya seni Istana. Dengan bakuan tradisi yang diteruskan pada zaman Islam. Hasil yang telah dicapai pada zaman Hindu, baik teknis maupun estetis, pada zaman Islam dikembangkan dan diperbaharui dengan unsur-unsur baru.
Sejarah batik diperkirakan dimulai pada zaman prasejarah dalam bentuk prabatik dan mencapai hasil proses perkembangannya pada zaman Hindu. Sesuai dengan lingkungan seni budaya zaman Hindu seni batik merupakan karya seni Istana. Dengan bakuan tradisi yang diteruskan pada zaman Islam. Hasil yang telah dicapai pada zaman Hindu, baik teknis maupun estetis, pada zaman Islam dikembangkan dan diperbaharui dengan unsur-unsur baru.
Sejarah
pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan
penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan
batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa
kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi
kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan
terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai
meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku
Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap
dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun
kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di
Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan
ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian
batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu
kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan
hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga
serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal
diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan
dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama
kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi
pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.
Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi
pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang
dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang
bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia
yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan
bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman
Majapahit
Batik
yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah
Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan
kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan
Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di
Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali
dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung
yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah
Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh
seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan
Majapahit.
Diceritakan
bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang
tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang
bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara
kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang
sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah
pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan
Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad
ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto,
bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan
obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Obat-obat
luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh
pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan
masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan
pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo,
Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai,
dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak
dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena
pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan
pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu
pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul
lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.
Ciri
khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik
keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan
biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan
didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari
zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun
pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai
menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman
kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto
dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
Didalam
berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan
pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan
diri kearah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan
Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah
Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang statusnya
Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari
seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu.
Warna
babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala
(dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Sebagai batik setra sejak
dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung, yang para pengusaha batik
kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX.
Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang
menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat
daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat
pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.
Jaman
Penyebaran Islam
Riwayat
pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya
berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat Batik.
Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan
perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro
Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong
adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke
Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan
Wetan.
Perkembangan
selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh
Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari.
Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu
ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari
Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini
diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.
Waktu
itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton
Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti
oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula keluarga kraton Solo
belajar dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari
kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau
sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam
bidang-bidang kepamongan dan agama.
Daerah
perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu
Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo,
Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten,
Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam
pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain;
pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kainputihnyajugamemakai
buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia
kira-kira akhir abad ke-19.
Pembuatan
batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa
oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad
ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah
sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan
kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka
produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia
kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik
cap kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia.
Batik
Solo dan Yogyakarta
Dari
kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitamya abad 17,18 dan 19, batik
kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya
sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun
perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi
perdagamgan.
Batik
Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap
maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan
masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang
sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan
Sidomukti dan Sidoluruh.
Sedangkan
Asal-usul pembatikan didaerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I
dengan raj any a Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah didesa
Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang
dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pada
trap pertama pada keluarga kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan
tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun
wanita memakai pakaian dengan kombonasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan
ini mendapat kunjungan dari rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian
yang dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya meluaslah
pembatikan keluar dari tembok kraton.
Akibat
dari peperangan waktu zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara
penjajahan Belanda dahulu, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi
dan menetap didaerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan
kedaerah Timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainy a. Meluasny a daerah
pembatikan ini sampai kedaerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang
mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan seluruh pelosok pulau Jawa yang
ada sekarang dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu.
Perang
Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya
serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian
tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga
dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik.
Ke
Timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di
Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan
Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas, Pekalongan, Tegal,
Cirebon.
Perkembangan
Batik di Kota-kota lain
Perkembangan
batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut
Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830, mereka kebanyakan
menet-ap didaerah Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra
dan dialah mengembangkan batik celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil
tenunan sendiri dan obat pewama dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang
memberi warna merah kesemuan kuning.
Lama
kelamaan pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX
berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah
pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya
dan sekarang dinamakan batik Banyumas. Setelah perang dunia kesatu pembatikan
mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik.
Sama
halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut Pangeran Diponegoro yang
menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik di sekitara daerah
pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batik tumbuh pesat di
Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-daerah ini
hampir bersamaan dengan pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu sekitar abad
ke-XIX. Perkembangan pembatikan didaerah-daerah luar selain dari Yogyakarta dan
Solo erat hubungannya dengan perkembangan sejarah kerajaan Yogya dan Solo.
Meluasnya
pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya perang Diponegoro dan
banyaknya keluarga kraton yang pindah kedaerah-daerah luar Yogya dan Solo
karena tidak mau kejasama dengan pemerintah kolonial. Keluarga kraton itu
membawa pengikut-pengikutnya kedaerah baru itu dan ditempat itu kerajinan batik
terus dilanjutkan dan kemudian menjadi pekerjaan untuk pencaharian.
Corak
batik di daerah baru ini disesuaikan pula dengan keadaan daerah sekitarnya.
Pekalongan khususnya dilihat dari proses dan designya banyak dipengaruhi oleh
batik dari Demak. Sampai awal abad ke-XX proses pembatikan yang dikenal ialah
batik tulis dengan bahan morinya buatan dalam negeri dan juga sebagian import.
Setelah perang dunia kesatu baru dikenal pembikinan batik cap dan pemakaian
obat-obat luar negeri buatan Jerman dan Inggris.
Pada
awal abad ke-20 pertama kali dikenal di Pekajangan ialah pertenunan yang
menghasilkan stagen dan benangnya dipintal sendiri secara sederhana. Beberapa
tahun belakangan baru dikenal pembatikan yang dikerjakan oleh orang-orang yang
bekerja disektor pertenunan ini. Pertumbuhan dan perkembangan pembatikan lebih
pesat dari pertenunan stagen dan pernah buruh-buruh pabrik gula di Wonopringgo
dan Tirto lari ke perusahaan-perusahaan batik, karena upahnya lebih tinggi dari
pabrik gula.
Sedang
pembatikan dikenal di Tegal akhir abad ke-XIX dan bahwa yang dipakai waktu itu
buatan sendiri yang diambil dari tumbuh-tumbuhan: pace/mengkudu, nila, soga
kayu dan kainnya tenunan sendiri. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan
dan babaran abu-abu setelah dikenal nila pabrik, dan kemudian meningkat menjadi
warna merah-biru. Pasaran batik Tegal waktu itu sudah keluar daerah antara lain
Jawa Barat dibawa sendiri oleh pengusaha-pengusaha secara jalan kaki dan mereka
inilah menurut sejarah yang mengembangkan batik di Tasik dan Ciamis disamping pendatang-pendatang
lainnya dari kota-kota batik Jawa Tengah.
Pada
awal abad ke-XX sudah dikenal mori import dan obat-obat import baru dikenal
sesudah perang dunia kesatu. Pengusaha-pengusaha batik di Tegal kebanyakan
lemah dalam permodalan dan bahan baku didapat dari Pekalongan dan dengan kredit
dan batiknya dijual pada Cina yang memberikan kredit bahan baku tersebut. Waktu
krisis ekonomi pembatik-pembatik Tegal ikut lesu dan baru giat kembali sekitar
tahun 1934 sampai permulaan perang dunia kedua. Waktu Jepang masuk kegiatan
pembatikan mati lagi.
Demikian
pila sejarah pembatikan di Purworejo bersamaan adanya dengan pembatikan di
Kebumen yaitu berasal dari Yogyakarta sekitar abad ke-XI. Pekembangan kerajinan
batik di Purworejo dibandingkan dengan di Kebumen lebih cepat di Kebumen.
Produksinya sama pula dengan Yogya dan daerah Banyumas lainnya.
Sedangkan
di daerah Bayat, Kecamatan Tembayat Kebumen-Klaten yang letaknya lebih kurang
21 Km sebelah Timur kota Klaten. Daerah Bayat ini adalah desa yang terletak
dikaki gunung tetapi tanahnya gersang dan minus. Daerah ini termasuk lingkungan
Karesidenan Surakarta dan Kabupaten Klaten dan riwayat pembatikan disini sudah
pasti erat hubungannya dengan sejarah kerajaan kraton Surakarta masa dahulu.
Desa Bayat ini sekarang ada pertilasan yang dapat dikunjungi oleh penduduknya
dalam waktu-waktu tertentu yaitu makam Sunan Bayat di atas gunung Jabarkat.
Jadi pembatikan didesa Bayat ini sudah ada sejak zaman kerjaan dahulu.
Pengusaha-pengusaha batik di Bayat tadinya kebanyakan dari kerajinan dan buruh
batik di Solo.
Sementara
pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke-XIX yang dibawa oleh
pendatang-pendatang dari Yogya dalam rangka dakwah Islam antara lain yang
dikenal ialah: PenghuluNusjaf. Beliau inilah yang mengembangkan batik di
Kebumen dan tempat pertama menetap ialah sebelah Timur Kali Lukolo sekarang dan
juga ada peninggalan masjid atas usaha beliau. Proses batik pertama di Kebumen
dinamakan teng-abang atau blambangan dan selanjutnya proses terakhir dikerjakan
di Banyumas/Solo. Sekitar awal abad ke-XX untuk membuat polanya dipergunakan
kunir yang capnya terbuat dari kayu. Motif-motif Kebumen ialah: pohon-pohon,
burung-burungan. Bahan-bahan lainnya yang dipergunakan ialah pohon pace, kemudu
dan nila tom.
Pemakaian
obat-obat import di Kebumen dikenal sekitar tahun 1920 yang diperkenalkan oleh
pegawai Bank Rakyat Indonesia yang akhimya meninggalkan bahan-bahan bikinan
sendiri, karena menghemat waktu. Pemakaian cap dari tembaga dikenal sekitar
tahun 1930 yang dibawa oleh Purnomo dari Yogyakarta. Daerah pembatikan di
Kebumen ialah didesa: Watugarut, Tanurekso yang banyak dan ada beberapa desa
lainnya.
Dilihat
dengan peninggalan-peninggalan yang ada sekarang dan cerita-cerita yang
turun-temurun dari terdahulu, maka diperkirakan didaerah Tasikmalaya batik
dikenal sejak zaman Tarumanagara dimana peninggalan yang ada sekarang ialah
banyaknya pohon tarum didapat disana yang berguna un-tuk pembuatan batik waktu
itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan dikerja-kan ialah:
Wurug terkenal dengan batik kerajinannya, Sukapura, Mangunraja, Maronjaya dan
Tasikmalaya kota.
Dahulu
pusat dari pemerintahan dan keramaian yang terkenal ialah desa Sukapura,
Indihiang yang terletak dipinggir kota Tasikmalaya sekarang. Kira-kira akhir
abad ke-XVII dan awal abad ke-XVIII akibat dari peperangan antara kerajaan di
Jawa Tengah, maka banyak dari penduduk daerah: Tegal, Pekalongan, Ba-nyumas dan
Kudus yang merantau kedaerah Barat dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya.
Sebagian besar dari mereka ini adalah pengusaha-pengusaha batik daerahnya dan
menuju kearah Barat sambil berdagang batik. Dengan datangnya penduduk baru ini,
dikenallah selanjutnya pembutan baik memakai soga yang asalnya dari Jawa
Tengah. Produksi batik Tasikmalaya sekarang adalah campuran dari batik-batik
asal Pekalongan, Tegal, Banyumas, Kudus yang beraneka pola dan warna.
Pembatikan
dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro,
dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju
ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang
meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya
sekarang. Mereka ini merantau dengan keluargany a dan ditempat baru menetap
menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian
dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah
tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada
penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga.
Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya
dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya.
Motif
batik hasil Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah
sendiri terutama motif dan warna Garutan. Sampai awal-awal abad ke-XX
pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, dari kebutuhan sendiri
menjadi produksi pasaran. Sedang di daerah Cirebon batik ada kaintannya dengan
kerajaan yang ada di aerah ini, yaitu Kanoman, Kasepuahn dan Keprabonan. Sumber
utama batik Cirebon, kasusnya sama seperti yang di Yogyakarta dan Solo. Batik
muncul lingkungan kraton, dan dibawa keluar oleh abdi dalem yang bertempat
tinggal di luar kraton. Raja-raja jaman dulu senang dengan lukisan-lukisan dan
sebelum dikenal benang katun, lukisan itu ditempatkan pada daun lontar. Hal itu
terjadi sekitar abad ke-XIII. Ini ada kaitannya dengan corak-corak batik di
atas tenunan. Ciri khas batik Cirebonan sebagaian besar bermotifkan gambar yang
lambang hutan dan margasatwa. Sedangkan adanya motif laut karena
dipengaruhioleh alam pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah
menyunting putri Cina. Sementra batik Cirebonan yang bergambar garuda karena
dipengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo.
Pengakuan
Batik Indonesia Oleh UNESCO
Pada
2 Oktober 2009, lembaga PBB di bidang pendidikan dan kebudayaan (UNESCO) mengakui batik sebagai hasil budaya bangsa Indonesia. Akhirnya dunia
mengakui batik merupakan salah satu warisan umat manusia yang dihasilkan oleh
bangsa Indonesia.
Pengakuan
UNESCO tersebut diberikan dengan alas an karena pemerintah beserta rakyat Indonesia
dinilai telah melakukan banyak langkah nyata untuk melindungi dan melestarikan
batik secara turun temurun. Dan juga keragaman motif batik yang ada di
Indonesia yang memliki banyak makna filosofi mendalam.
Sejarah Teknik Batik
Seni
pewarnaan teknik perintang menggunakan malam adalah salah satu bentuk motif
dari seni kuno. Yang di temukan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini
telah dikenal sejak abad ke-IV Sebelum Masehi, dengan ditemukannya kain
pembungkus mumi yang juga dilapisi dengan malam untuk membentuk sebuah pola. Di
Asia, teknik batik serupa juga diterapkan di Cina pada masa Dinasti Tang
(618-907) serta di India dan Jepang selama Periode Nara (645-794).
Meskipun
kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, Lahirnya batik di Jawa sendiri
tidak tercantum. G.P. Rouffaer menemukan teknik batik kemungkinan akan
diperkenalkan dari India atau Sri Lanka pada abad ke-6 atau ke-7.
Di
sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan FA Sutjipto (sejarawan
Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja,
Flores, Halmahera, dan Papua.
Perlu
dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Umat
Hinduisme, tetapi di dalamnya memiliki tradisi kuno dalam membuat batik.
G.P.
Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad
ke-XII di Kediri, Jawa Timur. Dia mengambil kesimpulan bahwa pola ini
hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia menemukan
canting ditemukan di Jawa pada waktu tentang hal itu.
Ukiran
rinci yang menyerupai pola kain batik yang dikenakan oleh Prajnaparamita,
patung dewi Buddha kebijaksanaan dari abad ke-13 Jawa Timur.
Karena
industrialisasi dan globalisasi, yang telah memberi ide dan
mempertunjukan teknik otomatisasi ini, Dan pada akhirnya model batik jenis
baru muncul, dikenal sebagai batik dan batik cetak, Model batik tradisional
yang diproduksi menggunakan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan
malam disebut batik. Pada saat bersamaan imigran dari Indonesia Wilayah
Persekutuan Malaysia Batik juga di perkenalkan oleh mereka.
Sekarang
batik telah berkembang di beberapa tempat di luar Jawa, bahkan ke luar negeri.
Di Indonesia, batik juga telah dikembangkan di Aceh dengan Aceh batik, Riau
Cual Batik, Batik Papua, Kalimantan Sasirangan batik dan batik Minahasa.
Budaya Batik
Srikandi
R.A. Kartini dan suaminya memakai rok batik. Motif Parang digunakan Kartini
adalah pola untuk para bangsawan.
Batik
adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari
budaya Indonesia (khususnya Jawa) sudah sejak lama. Wanita di Jawa di masa
lampau menjadikan batik untuk sebuah ketrampilan sebagai sumber mata
pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan ini adalah pekerjaan eksklusif
perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki
ke dalam bidang ini.
Ada
beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki
garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di
beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi pria.
Tradisi
Batik awalnya tradisi turun-temurun, sehingga kadang-kadang batik motif
dikenali berasal dari keluarga tertentu. Beberapa batik dapat menunjukkan
status seseorang. Bahkan saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya
dipakai oleh keluarga kerajaan Yogyakarta dan Surakarta.
Batik cirebon bermotif mahluk laut
Batik
merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa), yang masih ada. Batik juga
pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada saat
itu mengenakan batik pada Konferensi PBB.
Batik
digunakan untuk membungkus tubuh penari, Tari Bedhoyo Ketawang di keraton jawa.
Corak Batik
Gaya
dan warna berbagai Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya,
batik memiliki berbagai pola dan warna yang terbatas, dan beberapa pola hanya
dapat digunakan oleh kalangan tertentu. Namun, batik pesisir menyerap berbagai
pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para
penjajah.
Warna-warna
cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak
phoenix. Negara penjajah Eropa juga tertarik pada batik, dan hasilnya adalah
pola bunga yang tidak diketahui sebelumnya (seperti tulip) dan juga objek yang
diambil oleh penjajah (gedung atau kereta), termasuk warna favorit mereka
seperti biru.
Mempertahankan
coraknya batik tradisional, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat,
karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Cara Pembuatan
Batik
ini awalnya dibuat pada bahan dengan warna putih yang terbuat dari kain katun yang
disebut mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera,
poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan
lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau
kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat
kain.
Kain
yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan,
biasanya dimulai dari warna-warna terang. Pencelupan kemudian dilakukan untuk
motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa waktu proses
pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk
melarutkan lilin.
Menurut asal pembuatan
Batik Jawa
Warisan
artistik, masyarakat Indonesia, khususnya daerah Jawa dikendalikan dari turun-temurun.
Motif Batik Jawa memiliki khas yang berbeda.
Motif
ini adalah perbedaan umum motif dikarnakan yang memiliki makna, yang tidak
hanya gambar tetapi menyiratkan bahwa mereka dapat dari nenek moyang mereka,
agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Budha.
Batik
Jawa dikembangkan di banyak daerah Solo atau yang biasa disebut sebagai batik
Solo.
Motif Batik
Motif Seni Batik jumlahnya tak terhitung
banyaknya, motif-motif batik memiliki ciri khas yaitu hasil dari stilasi dan
abstraksi, disusun secara acak dan mengikuti prinsip pengulangan, selang-seling
dengan arah diagonal, vertikal, ataupun horizontal.
1. Motif Ceplok, Grompol
Motif
batik Ceplok ini
mencakup berbagai macam desain geometris, biasanya didasarkan pada mawar
melingkar, bintang atau bentuk kecil lainnya, membentuk pola simetris
keseluruhan pada kain. Berikut ini adalah gambar motif batik Ceplok:
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7lcx51OAy2e985tpeJy5yOdy-VFRNdv-mTNvkDC8OeIIOFaYz541vy7wlLXm5LTYRXSO2qulAqXKyglSLH9_oOKLtoS53jLc-HH8NLwnakJCeBiRh0cl2MeNnerX9oeQ5HGKui_m1RlQR/s400/motif+batik+ceplok+yogyakarta.jpg](file:///C:\DOCUME~1\user\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
2. Motif batik Kawung
Motif
batik kawung ini dikenal dengan motif batik tertua,
dulunya disediakan untuk keluarga kerajaan. Motif kawung ini merupakan
penampang buah aren kelapadan beberapa mengatakan salib di antara empat oval
mengacu pada sumber energi universal. Nah langsung saja berikut ini adalah
gambar motif batik Kawung khas yogyakarta :
3. Motif batik Parang
Motif
batik parang dikenal familiar sebagai pola pedang atau keris oleh orang luar.
panggilan jawa motif lidah api, biasa juga disebut motif parang lidah api.
Motif parang dibedakan lagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Parang Rusak
a. Parang Rusak
parang
rusak sendiri diartikan sebagai pertarungan antara manusia melawan kejahatan
dengan cara mengendalikan keinginan mereka sehingga mereka menjadi mulia,
bijaksana dan akan menang.
b. Parang barong
parang
barong pada jaman dahulu hanya dipakai oleh raja dan dianggap sebagai pola yang
suci. Arti motif sendiri suapa sang raja menjadi hati-hati dalam menjaga
dirinya sendiri sehingga dia akan menjadi seorang penguasa yang jujur, adil dan
juga bertanggung jawab terhadap rakyatnya. berikut ini adalah motif batik
parang khas yogyakarta :
4. Motif Batik Lereng
Design
motif batik lereng adalah baris diagonal pola di antara motif parang, banyak
ditemukan untuk polanya hanya deretan garis diagonal sempit penuh dengan seluruh
array pola kecil. Merupakan salah satu pola lama disediakan untuk keluarga
istana kerajaan. Berikut ini adalah gambar untuk Motif batik lereng :
5.
Motif
batik Niti
Motif
batik nitik sendiri terkenal dengan motif batik tertua karena dulunya
terinspirasi oleh kain tenun dengan patola yang dibawa oleh para pedagang
gujarat dari india. dengan design titik titik serta geometri. Dulunya biasanya
dipakai oleh orang tua dari pasangan pernikahan orang truntum. berikut ini
adalah gambar motif batik Nitik yogyakarta :
6.
Motif
batik Seme
Semen,
diartikan sebagai tumbuh. Polanya terinspirasi oleh alam, hal itu ditunjukkan
dengan gaya daun, gunung, hewan, biasa digunakan pada acara umum, serta
masyarakat umumnya juga biasa memakai dalam kesehariannya, berikut ini adalah
gambar motif batik semen khas yogyakarta :
7. Batik Kraton
Penjelasannya: Batik ini adalah awal dari berbagai macam
batik yang berkembang di Indonesia. Pada motifnya terkandung makna serta
filosofi hidup. Batik Kraton ini dikerjakan oleh putrid putrid keraton maupun
oleh pembatik ahli yang ada di dalam lingkungan keraton. Dulunya motif ini
terlarang untuk dipakai oleh orang kebanyakan seperti halnya motif batik Parang
Rusak, Parang Barong, Udan Liris serta beberapa jenis motif yang lain
8. Batik Sudagaran
Penjelasan: Batik Sudagaran ini berasal dari motif larangan dari keraton
yang dibuat motif baru oleh para seniman yang berasal dari kaum saudagar agar
sesuai dengan selera mereka. Para seniman ini juga mengubah motif larangan
(terlarang) sehingga bisa dipakai oleh masyarakat kebanyakan. Motif batik ini
dikenali dengan design yang terkesan berani dalam hal pemilihan bentuk,
penggunaan benda benda alam dan binatang, serta pemakaian kombinasi warna yang
didominasi warna soga atau biru tua.
Batik Sudagaran ini memberikan kwalitas dalam proses pengerjaannya dan
kerumitan dalam menghasilkan ragam hias yang baru. Pembuat batik Sudagaran ini
merubah batik kraton dengan penambahan isen isen yang lebih rumit dan
mengisinya dengan cecek (bintik/ttik) sehingga
terwujud sebuah motif batik yang sangat indah.
9. Batik Cuwiri
Penjelasan: Adalah motif batik yang memakai pewarna soga
alam. Umumnya batik Cuwiri ini dipakai untuk semekan atau kemben dan biasanya
dipakai pada upacara adat mitoni. Motif ini umumnya ditandai dengan penggunaan
ragam hias meru dan gurda. Arti dari cuwiri sendiri adalah kecil kecil.
10. Batik Tambal
Penjelasan : Motif batik ini mempunyai arti menambal atau
memperbaiki sesuatu yang rusak. Dulu, kain batik tambal dipercayai bisa
membantu menyembuhkan orang sakit dengan cara menyelimuti orang tersebut dengan
kain batik tambal.
11. Batik Sekar Jagad
Penjelasannya: Motif ini merupakan salah satu motif khas
batik Indonesia. Makna motif ini adalah kecantikan atau keindahan yang akan
membuat orang yang melihatnya menjadi terpesona. Ada juga yang berpendapat
bahwa kata Sekar Jagad berasal dari kata dalam bahasa Jawa “kar jagad” (kar:
peta, jagad: dunia) yang berarti motif ini menggambarkan keragaman di seluruh
dunia.
12. Batik Kawung
Penjelasan: Motif batik Kawung mempunyai pola berupa bulatan
seperti buah Kawung, yaitu sejenis kelapa atau kolang kaling yang disusun rapid
dan geometris.
Motif ini juga kadang diwujudkan sebagai gambar bunga teratai (lotus)
dengan 4 lembar daun bunga yang merekah. Teratai sendiri adalah bunga yang
melambangkan panjang umur dan kesucian. Umumnya pemberian nama nama motif batik
Kawung didasarkan atas besar kecilnya bentuk bulatan yang terdapat dalam motif.
Sebaga contoh, Kawung Picis adalah batik kawung yang motifnya tersusun atas
bulatan bulatan yang kecil (picis adalah nama mata uang sepuluh sen yang
ukurannya kecil). Kemudian Kawung Bribil adalah batik kawung yang motifnya
tersusun atas bulatan bulatan yang ukurannya lebih besar dari kawung picis
(bribil adalah nama mata uang yang ukurannya juga lebih besar bila dibandingkan
dengan picis). Sedang Kawung Sen mempunyai bentuk bulat dan lonjong yang lebih
besar disbanding Kawung Bribil.
13. Batik Sido Mukti
Penjelasannya: Motif batik Solo ini biasanya dipakai sebagai
kain dalam upacara adat perkawinan pada acara resepsi atau pahargyan dan
biasanya dibuat menggunakan pewarna soga alam. Pola dasar yang terdapat di
motif batik Sido Mukti ini adalah gurda. Makna atau filosofi dari motif batik
ini adalah harapan untuk mendapatkan kebahagiaan lahir batin.
14. Batik Sido Luhur
Penjelasan : Merupakan batik
Kraton Surakarta (Solo). Motif batik Sido Luhur biasanya dikenakan oleh
pengantin perempuan di malam pegantin. Motif ini mengandung makna keluhuran
yang berarti suatu harapan agar bisa mencapai kedudukan yang tinggi serta bisa
menjadi panutan masyarakat.
15. Batik Sido Asih
Penjelasannya : Merupakan batik Kraton Surakarta (Solo) yang biasanya dipakai oleh pengatin perempuan. Motif batik Sido Asih ini mempunyai makna agar dalam hidup berumah tangga selalu dipenuhi dengan kasih saying. Dalam arti yang lebih luas, batik Sido asih diartikan agar manusia mengembangkan rasa saling mengasihi dan menyayangi antar sesama
Motif batik Bali
Kota
bali merupakan pulau yang terletak di bagian timur indonesia yang memiliki
pesona yang indah dimata Indonesia dan bahkan dunia. Tidak hanya sekedar
candi-candi, dan pantainya yang banyak menjadi perhatian oleh warga, namun
Pulau bali ini juga memiliki kesenian membatik. Bali bisa dipastikan memiliki
perpaduan corak yang ada didalam negeri maupun luar negeri. Banyaknya wisatawan
yang membawa barang-barang yang bermotif ikut mempengaruhi perubahan desain
batik di Bali. Adapun batik bali juga dipengaruhi oleh batik dari jawa, seperti batik pekalongan. Bisa dikatakan
motif - motif yang ada di bali cukup berani bermain dengan warna yang terang
dan berfariatif.
Motif batik Banyumas
Motif
yang terdapat di daerah Banyumas kebanyakan memiliki bentuk menyerupai tanaman,
baik itu bunga, daun dan sejenisnya. Walaupun ada beberapa pembuat batik di
banyumas yang membuat batik dengan motif yang berbeda. Batik Banyumas hampir
memiliki kesamaan dengan motif Jonasan. Motif Jonasan merupakan kumpulan
motif-motif yang tidak tersusun secara geometris dengan penggnaan warna dasar
hitam dan coklat. Jika anda mengamati memang akan nampak sedikit berbeda dari
biasanya, namun hal ini tentunya sama saja karena motif sangat berfariasi, dan
hasilnyapun beragam. Pembahasan batik banyumas dapat dibaca pada artikel
lengkapnya yang membahas khusus mengenai motif Banyumas.
Motif batik Madura
Secara
singkat jika kita perhatikan pada pola batik madura memiliki keunikan
tersendiri, motif madura cenderung banyak bermain pada pola - pola yang
sederhana namun pola ini dibentuk serapi mungkin hingga menghasilkan motif yang
menarik. Motif madura cenderung meyukai warna yang cerah selain itu
hal ini dipadukan dengan karya seni mereka seperti membentuk motif binatang dan
tumbuhan yang banyak disukai. Proses pembuatannya pun sama seperti batik –
batik yang lainnya yaitu secara tradisional, penggunaan pewarnaan yang alami
ikut menjadi nilai tersendiri yang dapat meningkatkan nilai jual batik madura
di kancah internasional.
Motif batik Malang
Batik malang terkenal dengan motif batiknya
yang cenderung cerah, misalkan saja warna hijau kemudian di timpa dengan warna
putih, kemudian bahan berwarna putih di timpa dengan merah. Rata – rata batik
malangan ini ber pola seperti bunga dan tanaman, walaupun memang ada beberapa
motif yang menggambarkan kejujuran, keberanian , dan singosari, seperti
misalnya motif malangan yang hanya bermain di warna saja tanpa adanya pola yang
membentuk sebuah benda.
Motif batik Pekalongan
Kebanyakan
motif dari pekalongan dipengaruhi oleh kebudayaan china dan ukiran – ukiran
dari Cirebon yang dibawa oleh para pedagang yang singgah di Kota Pekalongan,
karena letak dari kota Pekalongan sangat strategis sekali dari berbagai negara
yang datang untuk sekedar menginap. Sedangkan dari cirebon banyak memperngaruhi
batik di Pekalongan dalam bentuk ukiran kayu. Motif yang ada di pekalongan
dibagi menjadi 7 motif baik,mereka adalah Jlamprang, buketan, terang bulan,
semen, pisan bali, lung-lungan dan sekar jagad. Sedangkan bentuk batiknya lebih
menyerupai bunga, binatang, dan daun – daunan.
Motif batik Solo
Ciri khas batik dari solo sering disebut
batik sogan aka batik yang memiliki motif berwarna kecokltan. Sedangkan motif
solo yang ada sekarang ini justru diambil dari sebuah makna filosofi yang
kemudian di persembahkan pada sebuah motif. Batik Solo juga masih menerapkan
konsep tradisional, dan penggunaan bahan pewarnanya juga sebagian besar masih
menggunakan bahan – bahan yang dihasilkan dari dalam negeri, seperti soga jawa
dan bahan lainnya.
Motif batik Tasik
Batik memang bukan hanya ada di daerah
kepulauan jawa saja, batik kini berkembang di berbagai daerah jawa barat ,
bahkan bali dan dunia. Masing-masing memiliki ciri khas pada motif yang mereka
ciptakan. Motif yang ada pada komunitas pebatik di tasik hampir sama dengan
kota-kota lainnya, yaitu cenderung banyak bermotif alam flora dan fauna
kentaldengan nuansa Parahyangan seperti burung, bunga – bungaan. Sedangkan
untuk pewarnaannya, batik tasik memiliki ciri khas merah, coklat, dan hitam.
Motif batik Aceh
Sekilas
bila dilihat, pada batik Aceh memiliki corak yang cenderung lebih besar dari
pola batik lainnya. Motif yang sepertinya menggunakan teknik batik cap, dan ada
pula batik tulis dari Aceh yang beraneka ragam. Motifnya cenderung hampir sama
dari daerah ke daerah yang lainnya, mereka akan mengambil pola – pola yang
menyerupau dengan binatang, bunga, daun – daunan bahkan budaya mereka masing –
masing dapat diangkat menjadi tema untama batik yang akan mereka buat.
Sedangkan hal lainnya yang melekat pada batik aceh adalah nilai falsafah yang
benar – benar mencerminkan masyarakat Aceh itu sendiri.
Motif batik Cirebon
Memiliki cirikhas sendiri dalam membuat motif
, salah satu motif yang menjadi ciri khas kota Cirebon adalah batik Mega
Mendung. Dengan membuat pola sepertu awan yang dibuat secara menyambung menjadi
bentuk awan. Motif ini menjadi ciri khas batik di cirebon. Namun kota Cirebon
juga menyinpan banyak motif andalan mereka seperti batik kompeni transportasi,
batik kupu – kupu, batik ikan laut dan banyak yang lainnya
Motif batik Jombang
Pertama kali muncul batik jombangan sejak
tahun 1993, diawali oleh salah seorang warganya yang mencoba membuat sebuah
kerajinan batik yang kemudian diikuti oleh warga lainnya. Batik jombang
berkiblat kepada solo yang pada waktu itu kaya akan motifnya. Motif jombanga
atau jombangan diadaptasikan dengan pola – pola candi arimbi yang
terdapat di daerahnya, yang berbentuk segi tiga. Sedangkan penggunaan warna
pada batik jombang ini sebagian menggunakan warna alami dan warna hasil sisa
limbah.
Motif batik Banten
Batik
banten mulai dikenal oleh masyarakat sekitar tahun 2002, tentunya banyak sekali
hal yang terjadi mengapa batik mulai singgah di kota banten saat itu. Tentu
saja hal ini juga tidak luput dari pengaruh dari daerah – daerah lain
yang menginspirasi kota banten ini untuk berani memulai membuat batik. Batik
banten sangat beragam diantaranya motif datulaya, mandalikan, pasulaman
dan banyak lagi. Batik ini memiliki warna – warna yang meriah, coba anda
perhatikan saja salah satu motif dari Banten yang dinamakan Pasepen,
motif ini memiliki makna Tempat raja Bermeditasi, batiknya digambar kan berpola
kota- berjejeran.
Motif batik Tulungagung
Batik ini sangat berani dalam memainkan
warna, warna yang banyak digunakan unduk membuat batik tulung agung adalah
hitam dan coklat, jadi tidak heran apabila ketika anda berkunjung disalah satu
butik batik di tulung agung, anda akan mendapati berbagai macam batik warna hitam
dan coklat. Motif tulung agung seperti buket ceprik gringsing, buket ceprik
pacit ungker. Motif ini merupakan salah satu dari 83 motif yang ada du
Tulungagung.
Motif batik Kediri
Kota Kediri salah satu kota yang juga
melestarikan budaya membatik. Kota kediri juga memiliki ciri khas tersendiri
dalam membuat pola dan warnanya. Tidak berbeda jauh dengan motif batik
indonesia lainnya, batik kota Kediri sangat khas dengan bulatan - bulatan
kecil yang membuat betuk secara keseluruhan kain batik ini menjadi sangat
elegan bila dikenakan. Memang akan terkesan demikian, bahkan apabila sudah
bermain warna pasti akan sangat menarik lagi. Motif kediri yang lainnya
juga ada, cukup mengesankan dengan melihat batik yang unik dari Kediri.
Motif batik Kudus
Anda seolah-olah akan merasa bahwa anda
memiliki presepsi yang berbeda apabila melihat motif kudus. Pasalnya kebanyakan
dari batik kudus ini berasal dari Pekalongan, jogjakarta, dan solo, yang
riwayatnya dulu banyak pedagang cina yang membawa batik yang dibawa ke kota
Kudus. Banyak dari warga pribumi diminta untuk membuatkan batik seperti yang
dibawa oleh pedagang cina tersebut. Namun batik kudus tidak terbatas, ada
beberapa motif yang berasal dari kudus yang mencerminkan kepribadian kota
kudus.
Motif batik Jepara / Kartini
Batik
Jepara bisa dibedakan menjadi dua jenis, motif lama dan motif baru. batik
jepara lama memiliki pola dengan warna lung hitam, gajah coklat, flora dan
fauna daun ulir hijau dan lainnya. Kemudian batik baru Jepara adalah
batik tulis yang banyak variasinya. Jepara sendiri juga terkenal dengan sebutan
Batik kartini. Anda akan menemukan berbagai macam motif di kota Jepara.
Teknik Pembuatan Seni Batik
Teknik membatik telah mengalami perkembangan
tanpa meninggalkan teknik lama yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Teknik pembuatan Seni Batik yang kita kenal di Nusantara, antara lain sebagai
berikut.
- Seni Batik Tulis, yaitu batik yang dibuat dengan teknik menggambar motif di atas kain menggunakan canting. Canting adalah alat khusus untuk menggambar motif batik di atas kain yang berisi cairan lilin atau malam panas untuk menutup bagian - bagian tertentu sesuai dengan pola yang dibuat. Batik tulis memiliki keunggulan nilai seni dibandingkan dengan batik yang lain.
- Seni Batik cap, yaitu batik yang dibuat dengan menggunakan teknik cap (stempel), biasanya dibuat dari tembaga dan dibubuhi malam (cairan lilin panas).
- Batik sablon, yaitu batik yang dibuat dengan menggunakan klise (hand printing). Motif batik yang sudah dibuat kemudian dibuat klise lalu dicetak.
- Batik printing, yaitu batik yang dibuat dengan teknik printing atau menggunakan alat mesin. Teknik pembuatannya mirip dengan batik sablon.
- Batik lukis, yaitu batik yang dibuat dengan teknik melukiskan langsung di atas kain, sama halnya sebagaimana karya seni lukis menggunakan kuas. Alat yang digunakan dan motif yang dibuat pun lebih bebas.
Comments
Post a Comment